Suku Sasak merupakan suku bangsa Indonesia yang berasal dari pulau Lombok Nusa Tenggara Barat. “Sak-Sak” yang berarti satu atau tunggal sedangkan “Lombok” berarti lurus, karena suku Sasak lombok hidup dengan budaya dan adat istiadat yang diwariskan secara turun temurun termasuk tata krama yang baik dan benar. Bukti eksistensi budaya masyarakat suku Sasak ini bisa traveler temukan pada desa Sade yang terletak di desa Rembitan, kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah.
Desa seluas 5,5 hektar ini, memiliki penduduk sekitar 700 orang dengan 150 rumah yang di huni oleh suku Sasak. Seluruh penduduk di desa ini masih satu keturunan karena mereka menjalin perkawinan antar saudara, kawin lari merupakan salah satu tradisi yang masih di jaga sampai hari ini dimana kedua pasangan akan berjanjian bertemu di suatu tempat umumnya di pohon cinta yang terletak di dalam desa, setelah itu sang pria akan membawa pasangannya keluar desa dan menyembunyikannya. Lalu akan terjadi pertemuan kedua keluarga perihal pernikahan.
Bangunan di desa Sade memiliki keunikan tersendiri dimana dindingnya terbuat dari pohon bambu dengan atap yang terbuat dari daun alang – alang yang telah di keringkan, atap yang terbuat dari daun alang – alang ini memiliki manfaat dimana pada siang hari terasa sejuk dan malam hari terasa hangat.
lantainya terbuat dari tanah liat yang di campur dengan sekam padi, uniknya warga setempat mengepel lantai dengan kotoran kerbau atau sapi gunanya untuk menjaga ketahanan tanah liat dan menghindari serangga masuk.
Setiap rumah di desa Sade dibagi menjadi tiga bagian. Bagian depan untuk kamar orang tua atau pria, sedangkan bagian dalam yang menaiki dua tiga anak tangga berisi dapur, lumbung dan tempat tidur anak perempuan dan bagian ketiga dengan ukuran yang lebih kecil digunakan sebagai tempat melahirkan.
Terdapat tiga tipe bangunan yang dibagi berdasarkan kegunaanya yaitu, Bale Bonter tempat tinggal para pejabat desa, Bale Kodong untuk warga yang baru menikah atau lansia untuk menghabiskan masa tuanya, yang terakhir yaitu Bale Tani yang digunakan sebagai tempat tinggal.
Sebagian besar penduduk desa Sade berprofesi sebagai petani, dengan pekerjaan sampingan yaitu menenun, bagi wanita di desa Sade wajib bisa menenun selain untuk menambah keterampilan juga sebagai syarat untuk bisa menikah itu merupakan aturan adat di desa Sade.